Wednesday 7 October 2015

Nobel dan Revitalisasi PT (Lanjutan)

Dunia pendidikan tinggi (PT) harus direvitalisasi. PT harus diperbarui, bukan sekedar "pabrik sarjana", menerima mahasiswa sebanyak mungkin, dan membangun fasilitas fisik. PT mesti luwes dan tidak terdikte oleh kebutuhan pasar. PT harus menjadi lembaga pendidikan yang merupakan bagian dari kebudayaan bangsa.

Razia dari Kemenristek Dikti kepada PT yang mengeluarkan ijazah bodong membuktikan rendahnya etika dan etos bangsa ini. Banyak perguruan tinggi (termasuk negeri sekalipun) menjadi lembaga pencetak ijazah dan bukan lembaga pengembang ilmu. Perguruan tinggi layaknya pabrik berdasar hukum ekonomi supply-demand, bahkan banyak yang berburu calon mahasiswa sampai ke pelosok-pelosok daerah. Bukan calon mahasiswa yang mencari, tapi perguruan tinggi yang membujuknya.

Rektor seharusnya tidak tenggelam dalam urusan administratif. Berbeda dengan negara-negara maju seperti Amerika. Di sana perguruan tinggi umumnya memiliki "Vice President for the University Development". Tugasnya jauh lebih berat dibanding rektor, bahkan gajinya juga di atas rektor. Tugas dia adalah "mengejar uang" untuk membiayai universitas.

Untuk mengejar uang, universitas harus "laku" di dunia industri. Mereka bersimbiose mutualisme, melakukan penelitian dan pengembangan (research and development) untuk menciptakan produk-produk unggulan baru. Misalnya 10 tahun silam, menurut Newsweek, Harvard Medical School mensubsidi 88 sen untuk setiap dolar dana penelitian, Universitas Yale dan John Hopkins 60 sen. Sebaliknya universitas kita, mahasiswa seperti dikebiri, karena ini cara yang paling mudah.

Karena itu, sejak sekarang perlu disiapkan konsep-konsep matang, mulai dari sistem rekrutmen mahasiswa, visi keadilan sosial bagi calon mahasiswa, rekrutmen dosen, sistem administrasi yang canggih, sampai ke visi pengembangan ilmiah yang canggih. Pendidikan tidak dapat lepas dari kepentingan ekonomi-politik, maka PT berkewajiban dan bertanggung jawab memberi nilai kultural yang membawa perubahan masyarakat lebih beradab.

Di samping itu, ada misi untuk mengembangkan pendidikan yang berorientasi dimensi kultural bagi produk-produk teknologi, informasi, dan seni. Dari titik ini diharapkan ada sumbangan nyata yang menguntungkan peradaban. (gemmalush.blogspot)

No comments:

Post a Comment